Mengukur Tingkat Employability Skills Berdasarkan Perbedaan Jenis Kelamin Mahasiswa Sebagai Calon Tenaga Kerja di STMIK Profesional Makassar



Makalah Filsafah Ilmu.

Membuat penelitian dan makalah bertema "Employability Skills" di pendidikan vokasi seperti di SMK/STMIK/Universitas. Bertujuan untuk mengetahui kesiapan anak didik terhadap DUDI.

Employability Skills adalah kompetensi non-teknis bagi seseorang untuk dapat efektif dan sukses berpartisipasi di tempat kerja.

Contoh Makalah Employability Skills :

Mengukur Tingkat Employability Skills Berdasarkan Perbedaan Jenis Kelamin Mahasiswa Sebagai Calon Tenaga Kerja di STMIK Profesional Makassar


2
DAFTAR ISI


DAFTAR ISI 2
KATA PENGANTAR 3
PENDAHULUAN MAKALAH 5
A. Latar Belakang 5
B. Rumusan Permasalahan 5
C. Tujuan Penelitian 6
PEMBAHASAN 7
A. Kajian Pustaka 7
A.1. Pengertian Employability Skills 7
A.2. Perbedaan Jenis Kelamin Laki-laki dan Perempuan 8
A.3. STMIK Profesional Makassar 10
B.      Mengukur Tingkat Employability Skills Berdasarkan Jenis Kelamin Mahasiswa
Sebagai Calon Tenaga Kerja di STMIK Profesional Makassar 13
KESIMPULAN 25

3
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kehadiran Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas “Mengukur Tingkat Employability Skills Berdasarkan Perbedaan Jenis Kelamin Mahasiswa Sebagai Calon Tenaga Kerja di STMIK Profesional Makassar”, suatu makalah yang menjelaskan tentang penelitian menggunakan kuisioner untuk mengetahui persiapan mahasiswa di STMIK Profesional Makassar sebagai calon tenaga kerja berdasarkan hasil perhitungan Employability Skills nya dan perbandingan skor Employability Skills laki-laki dan perempuan di STMIK Profesional Makassar.
       
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafah Ilmu. Sekaligus mendalami pengetahuan kami mengenai Employability Skills, dan mendalami pengetahuan mengenai cara pengambilan sampel penelitian dan mengolah data penelitian tersebut. Diharapkan juga dari tugas ini, kami berharap mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya kami sampaikan dosen mata kuliah “Filsafah Ilmu” dan teman-teman pasca sarjana yang telah banyak memberikan masukan untuk makalah ini. Tak lupa juga kami sampaikan kepada keluarga yang telah mensupport kami. Demikian makalah ini saya buat semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Makassar, 5 Desember 2017
Penyusun & Peneliti

5
PENDAHULUAN MAKALAH

A.    Latar Belakang
            
Dewasa ini, makin banyak jumlah pengangguran di Indonesia, terutama pengangguran berpendidikan. Ini dikarenakan kurangnya pengetahuan  calon tenaga kerja mengenai standar standar yang dibutuhkan oleh dunia  kerja. Selain syarat administrasi yang dibutuhkan untuk penerimaan  tenaga kerja, Employability Skills calon tenaga kerja juga sangat dibutuhkan, demi kelangsungan jangka panjang perusahaan tersebut. 
            
Selain itu, kita juga sering temukan bahwa ada persyaratan penerimaan lowongan kerja berdasarkan jenis kelamin. Dimana banyak anggapan  bahwa pekerja laki-laki lebih unggul dibandingkan pekerja perempuan. Dalam penelitian ini, peneliti ingin membuktikan apakah betul anggapan tersebut benar atau tidak.
             
Sedangkan arti Employability Skills adalah kompetensi non-teknis bagi seseorang untuk dapat efektif dan sukses berpartisipasi di tempat kerja.

B. Rumusan Permasalahan

1. Seberapa tinggi tingkat kemampuan mahasiswa terhadap  Employability Skills di STMIK Profesional Makassar ? Dan metode apa yang digunakan ?
2. Apakah ada perbedaan jenis kelamin dengan skor Employability Skills di STMIK Profesional Makassar ?
3. Apa manfaat penelitian ini, untuk STMIK Profesional Makassar ?
4. Apa manfaat penelitian ini bagi orang lain (external STMIK Profesional Makassar) ?

6
C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa terhadap Employability Skills di STMIK Profesional Makassar melalui kuisioner
2. Untuk mengetahui perbedaan jenis kelamin dengan skor Employability Skills di STMIK Profesional Makassar
3. Untuk digunakan STMIK Profesional Makassar sebagai tolak ukur dalam meningkatkan/mengembangkan Employability Skills mahasiswanya dalam menghadapi dunia kerja 
4. Untuk digunakan sebagai bahan pengembangan penelitian dunia pendidikan selanjutnya

7
PEMBAHASAN

A. Kajian Pustaka 
A.1. Employability Skills
            
Employability Skills adalah kompetensi non-teknis bagi seseorang untuk dapat efektif dan sukses berpartisipasi di tempat kerja.   
            
Dewasa ini, makin banyak jumlah pengangguran di Indonesia, terutama pengangguran berpendidikan. Ini dikarenakan kurangnya pengetahuan calon tenaga kerja mengenai standar-standar yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Selain syarat administrasi yang dibutuhkan untuk penerimaan tenaga kerja, Employability Skills calon tenaga kerja juga sangat dibutuhkan, demi kelangsungan jangka panjang perusahaan tersebut. 
            
Employability skills merupakan bagian spesifik dari apa yang dikenal lebih luas dengan istilah keterampilan umum (generic skills). Organisasi Buruh Internasional (ILO) mendefinisikan employability skills sebagai keterampilan, pengetahuan, dan kompetensi yang meningkatkan kemampuan seseorang untuk mendapatkan dan mempertahankan suatu pekerjaan, berkembang di tempat kerja dan bisa menghadapi perubahan, mendapatkan pekerjaan lain jika ia ingin berhenti atau diberhentikan dan bisa kembali ke dunia kerja dengan mudah di waktu yang berbeda di dalam siklus hidupnya (Cleary et al, 2006; Brewer, 2013).
            
Negara-negara dan beberapa lembaga di dunia memiliki istilah yang beragam untuk mendeskripsikan employability skills yaitu: core skills, key skills, common skills (Inggris); key competencies, employability skills, 
generic skills (Australia); basic skills, necessary skills, workplace know-how (Amerika); transferable skills (Perancis); critical enabling skills 

8
(Singapura); employability skills (ASEAN); core work skills/core skills for employability (ILO) (Brewer, 2013); dan soft skills (Indonesia) (DIKTI, 2008).
      
Keterampilan umum yang secara spesifik berperan penting terhadap partisipasi individu yang efektif dan sukses di tempat kerja di beberapa negara lebih dikenal dengan istilah employability skills (Cleary, 2006). 
            
Pendidikan tinggi terus melakukan upaya untuk mencari cara yang tepat untuk mengembangkan keterampilan tersebut di dalam program pendidikan dan mengembangkan cara yang tepat dan akurat untuk menilainya Kurikulum yang digunakan harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berlatih dan mengembangkan employability skills dalam konteks yang sesuai dengan disiplin ilmunya (Gonzales & Wagenaar, 2006; Stwine & Alves, 2010; Bulgarelli et al. 2010; Wright et al. 2010; Srivastava & Kare, 2012; Yusof et al. 2012; Blades et al. 2012; Harvey, 2002; Saunders & Huzel, 2010).
            
Pengguna lulusan sebagai tempat aplikasi ilmu pengetahuan dapat memberikan umpan balik kepada institusi pendidikan terkait employability skills yang dianggap penting di dunia kerja (Markkula, 2011). Umpan balik dari pengguna lulusan menjadi masukan yang sangat berguna bagii institusi pendidikan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan, mengevaluasi dan mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan di dunia kerja.

A.2. Perbedaan Jenis Kelamin Laki-laki dan Perempuan
         
Menurut peneliti Silvia Morisha Siregar yang dipublikasikan dalam Kompasiana.Com 
(https://www.kompasiana.com/silviamorishasiregar/perbedaan-wanita-dan-

9
laki-laki-secara-psikologis_55297da4f17e610d798b456d, diakses pada 5 Desember 2017). Perbedaan laki-laki dan perempuan, antara lain :

1. Pusat komunikasi dan keterampilan
Pusat keterampilan komunikasi dan bahasa tubuh didalam otak wanita jauh lebih besar daripada pusat komunikasi yang berada didalam otak pria. Dengan demikian wanita umumnya lebih mampu mengolah kata-kata 
dengan menggunakan bahasa daripada pria, asalkan semua faktor lain konstan. Wanita memberikan perhatian khusus terhadap kata-kata dan bisa membaca bahasa tubuh dan ekspresi wajah orang lain dengan cara yang jauh lebih baik dibandingkan dengan laki-laki.

2. Sharing (curhat) vs pemecahan masalah
Pria umumnya lebih mandiri daripada wanita, bahkan lebih memilih memecahkan masalah mereka sendiri tanpa perlu berbicara dengan 
siapapun. Wanita di sisi lain justru akan menjadi tertekan jika tidak berbagi masalah yang sedang mereka hadapi dengan teman-teman mereka, walaupun jika teman-teman mereka tidak mampu memberikan solusi.

3. Agresi vs diplomasi
Wanita secara biologis akan menghindari konflik, kecuali beberapa faktor psikologis lain yang mempengaruhi sifat asli mereka (seperti membenci identitas mereka,melihat protes maskulin). Di sisi lain, pria pada umumnya jauh lebih agresif.          
           
Penelitian menujukkan bahwa laki-laki lebih baik dalam hal mengenali wajah yang sedang marah, daripada wanita. Hal ini memungkinkan dengan cepat bisa mengenali siapa lawan mereka. Seorang wanita yang khas akan mencoba untuk menghindari konflik dan menjaga perdamaian, sementara seorang pria yang khas tidak akan mundur jika seseorang sedang mengancam atau menantangnya.

10
4. Berpikir logis vs berpikir emosional
Pria pada umumnya bisa mengambil keputusan tanpa terpengaruh emosi, sementara itu kebanyakan wanita pada umumnya lebih mempertimbangkan faktor-faktor lain yang terkait dengan emosi yang umumnya diabaikan oleh pria. Pada intinya wanita lebih mengedepankan perasaan, sedangkan pria lebih mengedepankan logika dalam berpikir mereka.
            
Dalam penelitian lain menyebutkan, otak laki-laki lebih besar daripada otak perempuan. Akan tetapi besarnya otak tidak mempengaruhi kepintaran seseorang.

A.3. STMIK Profesional Makassar
            
Dunia kerja di abad ke-21 mengalami perubahan yang pesat. Perubahan yang terjadi ditandai dengan: munculnya globalisasi yang menyebabkan terbukanya negara-negara di dunia bagi produk barang, jasa dan migrasi tenaga kerja antar Negara; kemajuan yang pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi; semakin beragamnya tempat bekerja bagi lulusan-perusahaan kecil dan menengah, freelance, bekerja mandiri; semakin berkembangnya sektor swasta dan berkurangnya peran pemerintah untuk menjamin pekerjaan bagi warga negaranya (Harvey, 2002; Depkes, 2011; Mikanovic et al. 2014; Tripney et al.2013; Chandrakumara, 2014).
            
Seiring dengan perubahan yang pesat di dunia kerja, dunia pendidikan di abad ke-21 juga mengalami perubahan. Salah satu perubahan yang terjadi adalah meningkatnya jumlah peserta didik di tingkat pendidikan primer, sekunder, dan tersier. UNESCO 

11
memperkirakan bahwa di tahun 2007 terdapat 150,6 juta peserta pendidikan tinggi di seluruh dunia (Altbach et al, 2009).
             
Tingginya permintaan terhadap institusi pendidikan tinggi menyebabkan munculnya banyak institusi pendidikan baru dan berkembangnya program-program pendidikan baik di institusi negeri maupun swasta. Hal ini berakibat pada peningkatan jumlah sarjana yang dihasilkan dan persaingan di dunia kerja.
           
Dampak negatif akibat meningkatnya persaingan di dunia kerja adalah peningkatan jumlah pengangguran. Data ILO (2014) untuk Indonesia menunjukkan bahwa pada tahun 2012, usia muda di Indonesia 5,97 kali lebih banyak yang menganggur dibandingkan mereka yang berusia dan di atas 25 tahun, dan lebih dari 55% pengangurannya adalah kaum muda. 
        
Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) tahun 2014, menyatakan bahwa tingkat pengangguran usia muda di Indonesia berada pada angka 17,1%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan angka rata-rata negara OECD yaitu 14,9%. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014 menunjukkan bahwa angka pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas yang berasal dari jenjang pendidikan universitas adalah 4,31% (ILO, 2013; OECD, 2014; BPS, 2014) .
   
Upaya untuk mengantisipasi meningkatnya jumlah pengangguran dilakukan dengan mengidentifikasi sosok pekerja yang dibutuhkan oleh pengguna lulusan. Banyak penelitian menunjukkan bahwa pengguna lulusan membutuhkan pekerja yang memiliki kemampuan beradaptasi dengan keadaan yang baru di abad ke-21 ini. Kemampuan beradaptasi tersebut selain membutuhkan keunggulan kognitif sesuai bidang keilmuannya, juga membutuhkan beberapa keterampilan yang sifatnya 

12
umum umum. Keterampilan yang bersifat umum yaitu kompetensi yang teridentifikasi ada pada semua sarjana dari berbagai bidang ilmu pada tingkatan tertentu (Parveva T & Corsier D, 2013; Brewer L, 2013; Shafie LA & Nayan S, 2010; Eaton DM & Whittle S, 2012; Gonzales & Wagenaar, 2006; Saunders & Huzel, 2010). 
            
UNESCO dan ILO memberikan gambaran mengenai keterampilan yang bersifat umum, yaitu: mampu beradaptasi, mengetahui bagaimana caranya belajar, mampu mengatur dan mengolah informasi yang ada untuk menyelesaikan masalah secara mandiri, belajar sepanjang hayat (lifelong learning), mampu membaca, menulis dan berhitung dengan baik, mendengar dan berkomunikasi secara efektif, berpikir kreatif, berinteraksi dengan rekan kerja, bekerja dalam kelompok, menguasai teknologi dasar, bisa memimpin dan mengikuti arahan secara efektif (Altbach et al. 2009; Brewer, 2013).

Gambar 1 : Gedung STMIK Profesional Makassar

STMIK Profesional Makassar yang berdiri pada tanggal 25 September 2009 ini terletak di Jl. A. P. Pettarani, Tamamaung, Kec. Makassar, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90233. Terletak dilokasi yang strategis dekat dengan pusat keramaian, seperti Rumah Sakit, pasar, Mall, kantor polisi, tempat olahraga, kos-kosan, apotik, supermarket dan lain-lain. 
            
STMIK Profesional Makassar ini merupakan salah satu STMIK yang ada di Kota Makassar. Yang diurus oleh dikti dan termasuk dalam kopertis 

13
wilayah 9. Memiliki beberapa fasiitas, seperti fasilitas olahraga, perpustakaan, sarana ibadah, kalender pendidikan dan hospots gratis.  
            
Menurut informasi yang kami, STMIK ini memiliki Dosen sebanyak 21 orang dan 1.101 Mahasiswa (sumber : https://ayokuliah.id/universitas/stmik-profesional-makassar/ diakses pada 5 Desember 2017). Memiliki Empat Jurusan dengan detail sebagai berikut :

Jurusan Jenjang Sarjana Dosen Vs Mahasiswa 
Komputerisasi Akuntansi D3 1 : 49 
Manajemen Informatika D3 1 : 32 
Sistem Informasi S1 1 : 106 
Tehnik Komputer D3 1 : 36 

Tabel 1 : Jurusan STMIK Profesional Makassar

STMIK Profesional Makassar berusaha memberikan kontribusi yang baik terhadap perkembangan sivitas akademika, terutama kepada mahasiswa untuk menjadi pemikir, pekerja yang kreatif, profesional dan berintegritas. Semua upaya ini mencerminkan bahwa STMIK Profesional memiliki komitmen yang kuat untuk membangun dan meningkatkan kualitasnya sesuai standar pendidikan Nasional, menurut Ketua STMIK Profesional Makassar  (http://www.stmikprofesional.ac.id/pages/sambutan, diakses pada 5 Desember 2017).

B.      Mengukur Tingkat Employability Skills Berdasarkan Jenis Kelamin Mahasiswa Sebagai Calon Tenaga Kerja di STMIK Profesional Makassar
           
Survei dilakukan di STMIK Profesional Makassar. Kota dengan populasi sensus tahun 2010 adalah sebanyak 41.830 penduduk, kota ini terus berkembang, dan sektor konstruksi terus meningkat akhir-akhir tahun ini, 

14
dan menurut laporan pejabat kota pada bulan Juni 2015 telah terdaftar 307 izin proyek gedung yang belum selesai. Untuk melaksanakan penelitian digunakan 40 mahasiswa yang terdiri dari 5 laki-laki dan 5 perempuan dari semester 1; 5 laki-laki dan 5 perempuan dari semester 3; 5 laki-laki dan 5 perempuan dari semester 5 dan 5 laki-laki dan 5 perempuan dari semester 7. Jadi total responden tersebut terdiri dari 20 laki-laki dan 20 perempuan. Untuk data yang digunakan dalam survei, sebuah pernyataan diterapkan pada mahasiswa melalui kuesioner 
(x1-x20) berikut : 

Komunikasi
1. Saya mampu membaca dan berbicara dengan baik dan jelas 
2. Saya mampu membina hubungan yang harmonis dengan teman sekelas dan kelas lain
3. Saya mampu membina hubungan yang harmonis kepada dosen dan staf kampus

Teamwork
4. Saya mampu bekerja dan aktif dalam kelompok
5. Saya mampu menciptakan suasana yang kondusif (mampu mengelola konflik dan memfasilitasi anggota lain)

Problem Solving
6. Saya mampu menghadapi masalah dan menyelesaikan masalah
7. Saya mampu memberikan solusi kepada orang lain

Inisiatif and contribution
8. Saya mampu proaktif untuk memulai tindakan 
9. Saya mampu improvement/perbaikan /peningkatan kerja
10. Saya mampu mengeluarkan ide dan inovasi

Perencanaan dan Pengendalian Aktifitas
11. Saya mampu membuat perencanaan jangka pendek 
12. Saya mampu membuat perencanaan jangka panjang 

15
13. Saya mampu mengendalikan pekerjaan sesuai rencana secara efesien
14. Saya mampu bekerja secara maximal untuk mencapai target

Kemampuan Diri
15. Saya mampu bekerja sendiri
16. Saya mampu untuk disiplin dan taat aturan

Learning Skills
17. Saya mau belajar untuk mengembangkan kemampuan diri
18. Saya suka ikut seminar/workshop

Technology Skills
19. Saya mampu memanfaatkan teknologi
20. Saya mampu membuat/ mengembangkan sistem berbasis teknologi untuk mempermudah pekerjaan.

Kuisioner tersebut menggunakan skala skor dengan symbol :
1. SK (Sangat Kurang) skor 1
2. K (Kurang) skor 2
3. C (Cukup) skor 3
4. B (Baik) skor 4
5. SB (Sangat Baik) skor 5
            
Skor 1 dan 2 merupakan skor dibawah rata-rata, skor 3 adalah rata-rata dan skor 4 dan 5 merupakan skor diatas rata-rata. 
              
Data dikumpulkan dan tanggapan masing-masing bentuk disusun dalam Excel dan SPSS kemudian melanjutkan ke statistik analisis. Untuk evaluasi statistik data pertama, dengan cara dipisahkan menjadi dua kelompok sesuai dengan jenis kelamin, kelompok pertama meliputi semua responden laki-laki dan kelompok kedua meliputi semua responden perempuan. 

16
Tujuannya yaitu membandingkan semua variabel laki-laki dan perempuan, kemudian berlanjut ke pembuatan grafik batang presentase. Dengan data dipisahkan menjadi dua kelompok melanjutkan analisis statistik deskriptif data kualitatif, yang dihitung mean, median, maksimum, minimum, standar deviasi dan koefisien variasi. 
             
Skor Employability Skills Mahasiswa di STMIK Profesional Makassar 
Frequency PeMakassarlid Percent Cumulative Percent 
Valid 
47.00 2 5.0 5.0 5.0 
56.00 2 5.0 5.0 10.0 
58.00 2 5.0 5.0 15.0 
61.00 1 2.5 2.5 17.5 
62.00 2 5.0 5.0 22.5 
64.00 1 2.5 2.5 25.0 
67.00 2 5.0 5.0 30.0 
68.00 4 10.0 10.0 40.0 
70.00 4 10.0 10.0 50.0 
71.00 1 2.5 2.5 52.5 
72.00 1 2.5 2.5 55.0 
73.00 2 5.0 5.0 60.0 
78.00 2 5.0 5.0 65.0 
79.00 5 12.5 12.5 77.5 
80.00 2 5.0 5.0 82.5 
81.00 2 5.0 5.0 87.5 
82.00 2 5.0 5.0 92.5 
84.00 1 2.5 2.5 95.0 
85.00 1 2.5 2.5 97.5 
89.00 1 2.5 2.5 100.0 
Total 40 100.0 100.0 

Tabel 2 : Skor Employability Skills Mahasiswa di STMIK Profesional Makassar

17
Gambar 2 : Grafik Batang Jumlah Mahasiswa Vs Skor Employabilty Skills

Dari tabel skor Employability Skills Mahasiswa di STMIK Profesional Makassar di bawah ini, terdapat 7 mahasiswa yang mendapat skor 81-100; 27 mahasiswa yang mendapat skor 61-80; dan 6 mahasiswa yang mendapat skor 41-60. Dengan skor terendah 47, skor tertinggi 89 dan nilai rata-rata 71.02. Dapat disimpulkan skor Employability Skills Mahasiswa di STMIK Profesional Makassar hanya memiliki nilai Cukup untuk menjadi calon tenaga kerja yang dibutuhkan oleh dalam dunia kerja. Menurut penulis, perlu adanya metode baru dalam mengembangkan Employability Skills Mahasiswa di STMIK Profesional Makassar.

18
Komunikasi Ide & InovasiYangas Maksimal
Teamwork Kondusif Solusi
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Perempuan Laki-laki

Gambar 3 : Grafik Perbandingan Laki-laki dan Perempuan

Yang memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik dan jelas (x1), ditemukan skor diatas rata-rata sebanyak 60% perempuan dan 55% laki-laki. Sesuai pada kajian pustaka, penelitian Silvia Morisha Siregar yang dipublikasikan dalam Kompasiana.Com “otak wanita jauh lebih besar daripada pusat komunikasi yang berada didalam otak pria”. 
            
Selain itu skor diatas rata-rata telah ditemukan bahwa 35% perempuan mampu mengeluarkan ide dan inovasi (x10) dan hanya 30% laki-laki yang mampu. Telah ditemukan juga skor diatas rata-rata bahwa 75% perempuan mampu menyelesaikan tugas secara maksimal sesuai target/instruksi yang diberikan (x14), dan hanya 45% laki-laki yang mampu. 

19
Tabel 3 : Tabel Correlations Parsial variabel Komunikasi (x1), Tugas Max (x14), Total Skor (T) sebagai varibel dan Ide dan Inovasi (x10) sebagai variabel kontrol

Dari tabel output diatas, bagian pertama situasi normal. Komunikasi Skills memiliki korelasi 0,633 dan nilai signifikan 0<0,05 terhadap Total Skor, artinya terdapat korelasi yang signifikan antara Komunikasi Skills dengan Total Skor.
            
Bagian kedua ketika Ide dan Inovasi dihilangkan. Komunikasi Skills memiliki korelasi yang menurun dari nilai sebelumnya menjadi 0,578 dan nilai signifikan 0<0,05 terhadap Total Skor, artinya Komunikasi Skills berkorelasi yang bersignifikan dengan Total Skor. Dapat disimpulkan 

20
bahwa Komunikasi Skill dan Ide & Inovasi sangat penting karena memiliki pengaruh terhadap nilai Total Skor Employability Skills.
            
Tetapi hanya hanya ditemukan skor diatas rata-rata 60% perempuan dan 65% laki-laki yang mampu bekerja dan aktif secara kelompok (x4), hanya ditemukan skor diatas rata-rata 40% perempuan dan 50% laki-laki yang mampu menciptakan suasana kondusif (mengelola konflik dan memfasilitasi orang lain) (x5). Sesuai pada kajian pustaka, penelitian Silvia Morisha Siregar yang dipublikasikan dalam Kompasiana.Com “secara biologis, perempuan lebih menghindari konflik orang lain tetapi mampu menyelesaikan masalahnya sendiri”. 
           
Ditemukan skor diatas rata-rata hanya 40% perempuan dan 50% laki-laki yang mampu memberi solusi kepada orang lain (x7). 

21
Tabel 4 : Tabel Correlations Parsial variabel Kondusif (x5), Solusi (x7), Total Skor (T) sebagai varibel dan Teamwork (x4) sebagai variabel kontrol

Dari tabel output diatas, bagian pertama situasi normal. 
1. Menciptakan suasana Kondusif (x5) memiliki korelasi 0,536 dan nilai signifikan 0<0,05 terhadap Memberi Solusi kepada orang lain (x7), artinya terdapat korelasi yang signifikan antara Kondusif dengan Beri Solusi.
2. Menciptakan suasana Kondusif (x5) memiliki korelasi 0,578 dan nilai signifikan 0<0,05 terhadap Total Skor (T), artinya terdapat korelasi yang signifikan antara Kondusif dengan Total Skor.
      
Bagian kedua ketika Teamwork dihilangkan
1. Menciptakan suasana Kondusif (x5) memiliki korelasi yang menurun dari nilai sebelumnya menjadi 0,408 dan nilai signifikan 0,01<0,05 terhadap Memberi Solusi kepada orang lain (x7), artinya Kondusif berkorelasi yang bersignifikan dengan Solusi. Dapat disimpulkan bahwa Kondusif dan Teamwork sangat penting karena memiliki pengaruh terhadap memberi Solusi kepada orang lain di lingkungan kerja kita.
2. Menciptakan suasana Kondusif (x5) memiliki korelasi yang menurun dari nilai sebelumnya menjadi 0,380 dan nilai signifikan 0,017<0,05 terhadap Total Skor (T), artinya Kondusif berkorelasi yang bersignifikan dengan Total Skor. Dapat disimpulkan bahwa Kondusif dan Teamwork sangat penting karena memiliki pengaruh terhadap Total Skor Employability Skills.
         
Melalui data penelitian ini, penulis menilai bahwa perempuan memiliki kemampuan skill komunikasi (x1), skills Inisiatif dan kontribusi (x10), skills 

22
perencanaan dan pengendalian aktifitas (x14) yang baik tetapi Teamwork skills (x4 dan x5) dan Penyelesaian Masalah (x7), kurang baik  dibandingkan laki-laki. Begitu juga sebaliknya. Dari hasil penelitian ini, ternyata memiliki hasil yang signifikan dengan penelitian Silvia Morisha Siregar yang dipublikasikan dalam Kompasiana.Com yang ada pada kajian pustaka ini.

DisiplinIkut SeminarMengembangkan TI
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Perempuan Laki-laki

Gambar 4 : Grafik Persamaan Laki-laki dan Perempuan

Selain perbedaan Employability Skills laki-laki dan perempuan, ternyata penulis juga menemukan suatu persamaan. Ditemukan skor diatas rata-rata yang sama sebesar 80% pada sikap disiplin dan taat aturan (x16), 50% yang sama untuk suka mengikuti seminar/workshop (x18), dan 45% yang sama dalam kemampuan mereka untuk membuat/mengembangkan sistem berbasis teknologi untuk mempermudah pekerjaan (x20). 

23
Dan jika kita membandingkan kemampuan Employability Skills laki-laki dan perempuan, dengan menggunakan Analisis 
Independent Sampel T-test dengan nilai kesalahan 5%, yang pertama kita lakukan adalah menentukan analisis

Ho  : tidak terdapat perbedaan jenis kelamin dengan skor Employability Skills
Ha : terdapat perbedaan jenis kelamin dengan skor Employability Skills 
Jika,
T-test < 0,05 : Ho ditolak dan Ha diterima
T-test > 0,05 : Ho diterima dan Ha ditolak

Tabel 5 : Nilai signifikan Employability Skills Mahasiswa dan Perempuan

24
Hal kedua yang kita lakukan menghitung skor akhir Employability Skills masing-masing menggunakan program SPSS. Dihasilkan pada Tabel 5, nilai Signifikan sebesar 0,091. Artinya Ho diterima dan Ha ditolak. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin dengan skor Employability Skills.

Tabel 6 : Nilai rata-rata Employability Skills Mahasiswa dan Perempuan



25
KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini membuktikan bahwa, skor Employability Skills Mahasiswa di STMIK Profesional Makassar memiliki nilai Cukup untuk menjadi calon tenaga kerja yang dibutuhkan dalam dunia kerja. Menurut penulis, perlu adanya metode baru dalam mengembangkan Employability Skills Mahasiswa di STMIK Profesional Makassar, berupa workshop atau seminar.
        
Melalui data penelitian ini, penulis menilai bahwa perempuan memiliki kemampuan skill komunikasi (x1), skills Inisiatif dan kontribusi (x10), skills perencanaan dan pengendalian aktifitas (x14) yang baik tetapi Teamwork skills (x4 dan x5) dan Penyelesaian Masalah untuk orang lain (x7), kurang baik  dibandingkan laki-laki.
          
Selain perbedaan Employability Skills laki-laki dan perempuan, ternyata penulis juga menemukan suatu persamaan. Ditemukan skor diatas rata-rata yang sama sebesar 80% pada sikap disiplin dan taat aturan (x16), 50% yang sama untuk suka mengikuti seminar/workshop (x18), dan 45% yang sama dalam kemampuan mereka untuk membuat/mengembangkan sistem berbasis teknologi untuk mempermudah pekerjaan (x20). 
            
Jika kita membandingkan perbedaan skor Employability Skills laki-laki dan perempuan dalam penelitian ini, hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin dengan skor Employability Skills. Perbedaan konsep dan proses berpikir laki-laki dan perempuan lebih terkait kepada struktur otak ditambah peran berbagai hormon dan genetik seseorang. Tuhan telah merancang sedemikian rupa dengan ciri masing-masing agar dapat berperan seperti yang telah ditetapkanNya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengembangan Aplikasi Sebagai Media Pembelajaran Online Berbasis Android Dalam Meningkatkan Pemahaman Mahasiswa

Media Pembelajaran Sebagai Sarana Pembelajaran Yang Efektif